Kamis, 25 Februari 2010

Interview with Arian


Alasan kamu tertarik didunia visual?

gue tertarik seni visual sejak kecil, standar-lah, semua dinding gue corat-coret sejak mengenal krayon atau spidol, sementara ibunda dan ayah tidak pernah melarang. mulai diajarkan untuk menggambar di kertas, dan begitulah selanjutnya. menurut kerabat bakat gue menurun dari kakek yang pelukis, sementara gue sendiri belum pernah berjumpa sama sekali dengan sang kakek yang keburu meninggal. dulu jaman sekolah dasar gue mulai mencari uang tambahan karena termasuk yang minim uang saku dengan berjualan sketsa voltes 5. lumayan laku, sampai akhirnya orang tua dipanggil guru karena sekolah mulai concern dengan kegiatan entrepreneurship gue. :D

ketika mulai senang main ke toko kaset, berkenalan dengan musik heavy metal melalui Iron Maiden, yang cover-covernya menarik perhatian anak umur 12-13 tahun. Derek Riggs, senimannya, menjadi seniman favorit pertama gue.
sejak kecil ingin masuk sekolah seni rupa, terutama seni rupa di ITB karena beberapa kerabat kuliah disana, dan nampaknya itu sebuah tempat belajar yang menyenangkan. akhirnya masuk sana tapi salah memilih jurusan, desain produk, padahal mungkin yang lebih cocok seni grafis. untungnya bisa belajar sendiri semasa kuliah.

kalau alasan, terus terang gue nggak pernah tahu. melihat karya seni visual membuat gue merasa hidup saja.

Seberapa jauh music heavy metal mempengaruhi karya-karya visusal kamu?

besar banget. dari karya Derek Riggs di cover-cover Iron Maiden, pada awalnya gue selalu mencari cover yang keren dulu lalu didengarkan. lumayan, pada era kaset itu rata-rata cover yang gue suka sesuai dengan musiknya. gue dulu menerjemahkan genre heavy metal di kaos kelas, jadi dulu semasa sekolah menengah kaos kelas menjadi sesuatu yang sangat berharga, secara tidak langsung menjadi kompetisi antar kelas, berlomba-lomba mendesain kaos kelas yang paling cool. semasa kelas 2 SMP, gue berhasil membuat sebuah desain kelas gue, kelas 3G, menjadi sebuah logo pentagram. angka ’3’ dan huruf ’G’ di-desain membentuk pentagram, dan ada gambar tengkorak di kiri kanannya. alhasil ada beberapa teman sekelas yang kontra dengan desain gue, dan akhirnya tidak jadi dipakai setelah guru ikut menilai. itu saat gue ngerasa kalau desain tersebut, ’gue banget’. :D

Kapan pertama kali kamu mulai sadari Make Illustration with passion adalah jalan saya? Maksudku memutuskan untuk lebih mendalami ketertarikan kamu itu? apa tanggapan orang sekeliling kamu?

terus terang gue sepertinya nggak pernah secara langsung ’sadar’, karena dari kecil sudah terbiasa menggambar, jadi itu seperti keseharian saja. tapi, lebih berasa ketika bimbingan menggambar mau masuk seni rupa ITB dulu, ternyata banyak banget teman yang menggambarnya jago. termasuk dulu seangkatan gue, Ucok Homicide. gambar dia bagus banget, dan informatif. jaman bimbingan ini, lebih memicu gue untuk menggambar lebih baik. plus, ada beberapa senior di seni rupa yang mengajar bimbingan memukau dengan sketsa-sketsanya. sebelumnya, hanya menggambar saja, dan jaman SMA lebih banyak mendesain dibandingkan menggambar, termasuk mendesain merchandise awal Puppen.
nah, semasa kuliah dulu, memang kompetitif secara sehat jadinya, misalnya sesederhana rame-rame membuat flyers untuk suatu event kampus, antara anak yang satu dan anak yang lain berusaha menampilkan karya yang mampu menarik perhatian. :D lingkungan kampus seni rupa dulu dipenuhi oleh flyers event berbagai macam karya dan desain, jadi setiap hari seperti ada pameran ilustrasi. dulu kan tidak banyak menggunakan komputer untuk mendesain flyers, freehand drawing. jadi kalau tanggapan, biasanya justru jarang, karena karya harus berbicara sendiri, ngerti nggak maksud gue? :)

uh. kalau ortu sih ya begitu saja sih, berharap anaknya berhasil saja. :D tanggapan semasa gue kuliah, mungkin tidak banyak terlihat, karena semua orang memang rata-rata jago gambar. :D kalau tanggapan dari orang luar, ya positif saja sih. karena gue senang gambar tengkorak begitu ya lebih banyak yang melihatnya, "ih kok gambarnya ngeri melulu sih." haha standar lah tapi nggak pernah serius juga.

Media?
pensil 2B, kertas A3 dan rapidograph. kertas ukuran A3 biasanya ukuran maksimal gue dalam berkarya, lebih besar dari itu kurang sreg. kadang menggunakan kanvas dan cat akrilik, tapi jauh lebih banyak menggunakan media tadi.

ya, ditemani musik, ragam tergantung mood. dari heavy metal ke punk rock ke folk ke pop. anything goes, really.

Pindah dari Bandung?

gue waktu itu bosan dengan kehidupan di Bandung. jadi begitu ada tawaran pekerjaan di kota lain, gue berangkat. kalau mengenai profesi ilustrator, gue rasa banyak juga yang sudah mencukupi, terutama kalau bekerja dengan klien korporat. sementara kalau ilustrator semacam gue yang lebih banyak menggambar tengkorak, cukup segmented. :D makanya gue lebih baik berusaha sendiri daripada menunggu job datang. ya sejauh ini sih artwork gue dan ilustrasi gue harus bisa mencukupi kehidupan [lifestyle? :D] gue. kalau nggak, nanti gue nggak makan dan senang-senang. :D artinya harus memutar otak juga supaya dari apa yang kita senangi akhirnya juga bisa menghidupi. sejauh ini sih gue lebih banyak menggambar untuk merchandise, jadi pemasukan berasal dari sana. sesekali ada artwork yang diminati kolektor, jadi itu bonus saja, tapi kan tidak bisa terlalu berharap setiap bulan ada yang beli artwork juga kan. toh kolektornya juga masih terbatas. :)

Client stuff? Apa yang mereka nilai?


yang mereka lihat juga kan mungkin gaya ilustrasinya juga. makanya biasanya gue lebih nyambung dengan klien seperti majalah. awalnya kasih sketsa kasar dari ide dasar sebanyak 2-3, nanti mereka pilih dan dari sana langsung diolah. so far sih belum ada yang protes, atau gue nggak tahu saja kali. :D kalaupun ada klien yang nggak suka, ya biasanya kerjaannya gak jadi gue dapetin juga kan. :D

Apakah digital art begitu overated hari ini?

tidak overrated, tapi kalau gue lebih suka freehand illustrations/drawings. gue juga menggunakan photoshop untuk mewarnai tapi lebih ke blocking saja, nggak terlalu canggih memang. :D kalau kedua teknik bisa saling mengisi, akan lebih canggih juga. sayangnya kalau untuk artprint digital, sepertinya dinilai tidak seberharga artwork yang dikerjakan dengan tangan. padahal sebenarnya effort yang dikeluarkan juga sama, hanya beda medium saja.

Pushead?

gue memang terobsesi dengan Pushead dan cukup sulit keluar dari gaya itu. tapi mungkin juga nggak terlalu pengen keluar dari gaya itu juga sepertinya. pertama lihat gaya dia di artikel Pus-Zone majalah Thrasher pas awal-awal main skate, dan nempel. mulai mengkoleksi banyak barang yang Pushead-related, dan jadi anggota fanclubnya yang Phase San/Phase 3.
gue suka tarikan garisnya yang komikal [outline tebal] dan in a way, kasar, dan tentunya gaya pointilisme-nya yang berkembang. awalnya gaya pointilisme dia nggak seperti itu, tapi perkembangannya sinting. tahu nggak tengkorak mohawk di t-shirt The Exploited itu karya Pushead juga? :D

Thanks Arian. Cheers!

Kontak Arian
Related interview
Seringai




Tidak ada komentar: